- Back to Home »
- berita »
- Supersemar; Catatan Sejarah Yang Hilang
Posted by : Unknown
Sabtu, 12 Maret 2011
-->
Oleh:
Aris Ali Ridho
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Unila
Tanggal 11 Maret 1966, mungkin bagi
sebagian besar rakyat Indonesia saat ini tanggal tersebut tidak ada yang
istimewa dan nyaris biasa saja seperti hari-hari yang lain. Sebuah mementum
yang melahirkan naskah penting yang menjadi senjata sakti lahirnya Orde Baru,
yaitu Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).
Banyak pihak meyakini, Supersemar
menjadi tonggak sejarah yang penting bagi bangsa Indonesia, namun Supersemar
juga penuh versi dan kontroversi. Naskah otentik Supersemar sendiri yang begitu
monumental hingga saat ini belum diketahui keberadaannya. Rakyat selalu dibuat
menggantung kebingungan dengan beberapa cacatan sejarah bangsa ini yang masih
misterius.
Sebelum reformasi, Supersemar
mungkin suatu hal yang memang dianggap sebagai sejarah yang tidak perlu
diributkan ataupun dipersoalkan terkait kebenaran sejarah tersebut. Namun
setelah berakhirnya Orde Baru yang di tandai dengan lengsernya Presiden
Soeharto dari tampuk kekuasaan, seolah seperti mendapat ruang terbuka, dengan
lengsernya presiden yang berkuasa selama 32 tahun itu. Berbagai pihak mencoba
melakukan berbagai macam usaha untuk mengungkap dan mencari tahu terkait
kebenaran dari banyaknya cerita sejarah yang memungkinkan fakta dan kebenaran
dari sejarah tersebut di “skenario” oleh Soeharto kala itu.
Gejolak dan aksi massa mahasiswa
yang membawa Tritura (tiga tuntutan rakyat) yang berkembang dan kian memuncak,
serta tidak kondusif memaksa Soekarno untuk memberikan perintah kepada Soeharto
selaku Pangkopkamtib
agar menangani kondisi yang tengah terjadi, dengan mengeluarkan Supersemar.
Supersemar yang ditanda tangani
langsung oleh Presiden Soekarno waktu itu, dianggap bukanlah suatu penyerahan
pemerintahan atau Transfer of Authentic, of Authority kepada Soeharto,
melainkan suatu perintah pengaman, perintah pengamanan jalannya pemerintahan.
Sebenarnya ia ”kecolongan” dengan membubuhkan frase ”mengambil segala tindakan
yang dianggap perlu” dalam surat tersebut. Padahal, perintah dalam militer
harus tegas batas-batasnya, termasuk waktu pelaksanaannya. Namun dengan surat
itu, Soeharto mengambil aksi beruntun pada Maret 1966, membubarkan PKI,
menangkap 15 menteri pendukung Soekarno, memulangkan Tjakrabirawa, dan
mengontrol media massa di bawah Pusat Penerangan Angkatan Darat (Puspen AD).
Usaha untuk meluruskan sejarah
Indonesia yang masih gelap ternyata sampai detik ini masih belum bisa terjuwud,
terlebih saksi kunci dan pelaku sejarah yang terakhirpun, yaitu Soeharto telah
wafat pada tahun 2008 yang lalu. Hal ini tentu membuat sejarah Supersemar
semakin sulit untuk diungkap kebenarannya. Meninggalnya Soeharto jelas
meninggalkan banyak alur sejarah yang ditorehkan masih belum jelas karena beberapa
peristiwa penting bangsa Indonesia selama ini banyak yang ditutup-tutupinya.
Banyaknya catatan sejarah bangsa ini
yang dibelokkan dan tidak lagi jujur, masyarakat sudah kadung menganggapnya
sebagai suatu kebenaran, generasi pasca revolusi adalah generasi yang tumbuh
tanpa landasan sejarah pasti. Generasi itu adalah generasi yang meraba-raba
mencari kebenaran di tengah kegelapan dan centang-perenang sejarah bangsanya
sendiri.
Sumber sejarah sangat penting bagi
kemajuan sebuah bangsa, bahkan maju atau tidaknya peradaban sebuah bangsa
ditentukan oleh sumber-sumbernya. Indonesia merupakan negara yang memiliki
banyak sekali sejarah, mulai dari zaman pra-sejarah hingga zaman reformasi
sekarang. Maka dari itu, apapun bentuk masa lalu adalah tempat kita belajar
untuk masa sekarang dan masa akan datang. Dari peristiwa keluarnya Supersemar,
kita sebaiknya mengingat betapa kelam dan suram masa lalu negara kita.
Rakyat Indonesia berhak tahu atas
sejarah bangsanya sendiri, misteri dibalik peristiwa keluarnya Supersemar.
Dibalik kebosanan tentang isu tersebut, bangsa ini tentu masih mendambakan
ditemukannya naskah asli Supersemar. Maka dari itu, usaha dan upaya untuk
mendapatkan naskah tersebut harus tetap dilakukan.
Terlepas dari kontroversi tersebut,
dengan peringatan sejarah Supersemar, sudah sepantasnya bangsa ini dapat
menghargai dan mengambil hikmah dari peristiwa sejarah tersebut. Tentunya
bukanlah untuk memberikan pelajaran ataupun warisan-warisan buruk atas apa yang
dilakukan dilakukan oleh sang pelaku sejarah waktu itu. Bisa menghargai sejarah
berarti bisa memperbaiki kesalahan yang terjadi agar tidak berulang di masa
datang, sudah saatnya bangsa ini menghargai sejarahnya baik, buruk atau tidak,
dari sana kita bisa mempelajari kesalahan-kesalahan dimasa lalu agar kedepan
dapat menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara dengan baik.
Sejarah yang kelam,,
BalasHapus