Popular Post

Supersemar; Catatan Sejarah Yang Hilang

By : Unknown

-->
Oleh:
Aris Ali Ridho
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Unila


 
Tanggal 11 Maret 1966, mungkin bagi sebagian besar rakyat Indonesia saat ini tanggal tersebut tidak ada yang istimewa dan nyaris biasa saja seperti hari-hari yang lain. Sebuah mementum yang melahirkan naskah penting yang menjadi senjata sakti lahirnya Orde Baru, yaitu Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).

Banyak pihak meyakini, Supersemar menjadi tonggak sejarah yang penting bagi bangsa Indonesia, namun Supersemar juga penuh versi dan kontroversi. Naskah otentik Supersemar sendiri yang begitu monumental hingga saat ini belum diketahui keberadaannya. Rakyat selalu dibuat menggantung kebingungan dengan beberapa cacatan sejarah bangsa ini yang masih misterius.

Sebelum reformasi, Supersemar mungkin suatu hal yang memang dianggap sebagai sejarah yang tidak perlu diributkan ataupun dipersoalkan terkait kebenaran sejarah tersebut. Namun setelah berakhirnya Orde Baru yang di tandai dengan lengsernya Presiden Soeharto dari tampuk kekuasaan, seolah seperti mendapat ruang terbuka, dengan lengsernya presiden yang berkuasa selama 32 tahun itu. Berbagai pihak mencoba melakukan berbagai macam usaha untuk mengungkap dan mencari tahu terkait kebenaran dari banyaknya cerita sejarah yang memungkinkan fakta dan kebenaran dari sejarah tersebut di “skenario” oleh Soeharto kala itu.

Gejolak dan aksi massa mahasiswa yang membawa Tritura (tiga tuntutan rakyat) yang berkembang dan kian memuncak, serta tidak kondusif memaksa Soekarno untuk memberikan perintah kepada Soeharto selaku Pangkopkamtib agar menangani kondisi yang tengah terjadi, dengan mengeluarkan Supersemar.

Supersemar yang ditanda tangani langsung oleh Presiden Soekarno waktu itu, dianggap bukanlah suatu penyerahan pemerintahan atau Transfer of Authentic, of Authority kepada Soeharto, melainkan suatu perintah pengaman, perintah pengamanan jalannya pemerintahan. Sebenarnya ia ”kecolongan” dengan membubuhkan frase ”mengambil segala tindakan yang dianggap perlu” dalam surat tersebut. Padahal, perintah dalam militer harus tegas batas-batasnya, termasuk waktu pelaksanaannya. Namun dengan surat itu, Soeharto mengambil aksi beruntun pada Maret 1966, membubarkan PKI, menangkap 15 menteri pendukung Soekarno, memulangkan Tjakrabirawa, dan mengontrol media massa di bawah Pusat Penerangan Angkatan Darat (Puspen AD).

Usaha untuk meluruskan sejarah Indonesia yang masih gelap ternyata sampai detik ini masih belum bisa terjuwud, terlebih saksi kunci dan pelaku sejarah yang terakhirpun, yaitu Soeharto telah wafat pada tahun 2008 yang lalu. Hal ini tentu membuat sejarah Supersemar semakin sulit untuk diungkap kebenarannya. Meninggalnya Soeharto jelas meninggalkan banyak alur sejarah yang ditorehkan masih belum jelas karena beberapa peristiwa penting bangsa Indonesia selama ini banyak yang ditutup-tutupinya.

Banyaknya catatan sejarah bangsa ini yang dibelokkan dan tidak lagi jujur, masyarakat sudah kadung menganggapnya sebagai suatu kebenaran, generasi pasca revolusi adalah generasi yang tumbuh tanpa landasan sejarah pasti. Generasi itu adalah generasi yang meraba-raba mencari kebenaran di tengah kegelapan dan centang-perenang sejarah bangsanya sendiri.

Sumber sejarah sangat penting bagi kemajuan sebuah bangsa, bahkan maju atau tidaknya peradaban sebuah bangsa ditentukan oleh sumber-sumbernya. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sekali sejarah, mulai dari zaman pra-sejarah hingga zaman reformasi sekarang. Maka dari itu, apapun bentuk masa lalu adalah tempat kita belajar untuk masa sekarang dan masa akan datang. Dari peristiwa keluarnya Supersemar, kita sebaiknya mengingat betapa kelam dan suram masa lalu negara kita.

Rakyat Indonesia berhak tahu atas sejarah bangsanya sendiri, misteri dibalik peristiwa keluarnya Supersemar. Dibalik kebosanan tentang isu tersebut, bangsa ini tentu masih mendambakan ditemukannya naskah asli Supersemar. Maka dari itu, usaha dan upaya untuk mendapatkan naskah tersebut harus tetap dilakukan.

Terlepas dari kontroversi tersebut, dengan peringatan sejarah Supersemar, sudah sepantasnya bangsa ini dapat menghargai dan mengambil hikmah dari peristiwa sejarah tersebut. Tentunya bukanlah untuk memberikan pelajaran ataupun warisan-warisan buruk atas apa yang dilakukan dilakukan oleh sang pelaku sejarah waktu itu. Bisa menghargai sejarah berarti bisa memperbaiki kesalahan yang terjadi agar tidak berulang di masa datang, sudah saatnya bangsa ini menghargai sejarahnya baik, buruk atau tidak, dari sana kita bisa mempelajari kesalahan-kesalahan dimasa lalu agar kedepan dapat menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara dengan baik.

Tag : ,

Problem Koalisi di Indonesia *)

By : Unknown
Oleh:
Aris Ali Ridho
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Unila

Isu reshuffle kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid 2 yang akhir-akhir ini menjadi gonjang-ganjing tentunya menjadi tontonan politik yang menggerahkan bagi sebagian rakyat Indonesia. Situasi politik yang memanas, terutama di partai yang tergabung di dalam koalisi SBY-Boediono, terkait setelah adanya perbedaan pendapat pada saat isu hak angket mafia pajak, disebut-sebut menjadi salah satu penyebab munculnya isu reshuffle kabinet tersebut.

Tag : ,

Mengembalikan “Wajah” NU *)

By : Unknown
Oleh: Aris Ali Ridho
Kader Muda NU & Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Unila.


31 Januari 1926, KH. Wahab Chasbullah dan KH. Hasyim Asyhari serta beberapa ulama dijawa memprakarsai lahirnya Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) yang bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Sejak awal berdirinya, NU merupakan organisasi yang menjadikan kepentingan agama, masyarakat, dan bangsa sebagai titik pijak perjuangannya, sehingga tidak heran apabila sampai saat ini NU begitu membumi, dan memiliki basis pendukung yang sangat beragam dari berbagai latar belakang.
Tag : ,

Mahasiswa NU Deklarasikan KMNU

By : Unknown
BANDARLAMPUNG - Kelompok mahasiswa Nahdatul Ulama (NU) yang menimba pendidikan di Universitas Lampung (Unila) merasa, mahasiswa NU di Unila belum terorganisasi dengan baik. Contohnya, mahasiswa NU terkadang merasa kebingungan harus aktif pada organisasi mana ketika menjadi mahasiswa baru di kampus Unila. Hal tersebut menjadi pokok bahasan pada Musyawarah Umum Mahasiswa NU di MTs Naarif NU Lampung kemarin. 

Tag : ,

Pemekaran Lamteng??

By : Unknown
Oleh:
Aris Ali Ridho
Anggota DPM Unila dan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Unila.


Beberapa hari yang lalu warga dari daerah pemilihan (DP) di Lampung Tengah mendesak adanya kabupaten baru, yakni Seputih Barat dan Seputih Timur. Bupati Lamteng Mudiyanto Toyib menolak pemekaran, karena menurutnya pemekaran belum menjamin pertumbuhan perekonomian. Sementara itu, pimpinan DPR dan pemerintah dalam rapat konsultasi pimpinan DPR di Istana Negara pada Rabu, (14-7) sepakat untuk menghentikan pemekaran wilayah, baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota, karena dari hasil 205 evaluasi hasil pemekaran, sekitar 80% ternyata bermasalah (Lampost, 5-11-2010).

Tag : ,

INDONESIA DAN ANCAMAN DISINTEGRASI

By : Unknown

Oleh:
Aris Ali Ridho *)


Bangsa Indonesia yang kaya dengan keragaman yang dimiliki masyarakatnya menempatkan dirinya sebagai masyarakat yang plural. Masyarakat yang plural juga berpotensi dan sangat rentan kekerasan etnik, baik yang dikonstruksi secara kultural maupun politik. Bila etnisitas, agama, atau elemen premordial lain muncul di pentas politik sebagai prinsip paling dominan dalam pengaturan negara dan bangsa, apalagi berkeinginan merubah sistem yang selama ini berlaku, bukan tidak mungkin ancaman disintegrasi bangsa dalam arti yang sebenarnya akan terjadi di Indonesia.

Tag : ,

PILKADA DAN KUALITAS DEMOKRASI

By : Unknown

Oleh : Aris Ali Ridho
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Unila dan Aktivis PMII

Pada tahun 2010 ini sekitar 226 daerah (kabupaten/kota/provinsi) di seluruh Indonesia akan menyelenggarakan hajat demokrasi lokal dalam rangka pemilihan kepala daerah. Pilkada langsung adalah hasil dari tututan reformasi 1998 yang menghendaki iklim kehidupan berdemokrasi, termasuk untuk mengubah bentuk penyelenggaraan pemerintahan yang tadinya bersifat sentralistis menjadi desentralistis yang kemudian melahirkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerahyang di dalamnya antara lain mengatur mengenai pilkada langsung. Tidak tanggung-tanggung, biaya yang akan dikeluarkan untuk Pilkada langsung ini mencapai milyaran, bahkan puluhan milyar rupiah, tidak heran bila tahun ini banyak anggaran daerah membengkak untuk membiayai Pilkada. Belum lagi biaya yang dikeluarkan oleh calon-calon kepala daerah yang juga mengakibatkan kanker alias kantong kering.

Tag : ,

SERUAN “MIMPI” RESOLUSI HARI KEADILAN SOSIAL SEDUNIA

By : Unknown

Oleh : Aris Ali Ridho
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan & Aktivis PMII Unila.

Pada November 2007 PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) mengeluarkan resolusi yang menetapkan hari Internasional baru, yaitu Hari Keadilan Sosial Sedunia, yang jatuh pada tanggal 20 Febuari. Ya, memang harus diakui hari penting Internasional ini banyak masyarakat Indonesia yang belum mengetahuinya. Resolusi itu menyerukan semua negara di dunia untuk menjalankan sistem perekonomiannya berdasarkan keadilan, kesetaraan dan tanggung jawab bersama. Lantas kita mungkin bertanya, sistem perekonomian berdasarkan keadilan, kesetaraan dan tanggung jawab bersama yang seperti apa lagi?. Bila kita melihat realitas perekonomian global saat ini, pertanyaan yang muncul kemudian adalah “Masih relevankah seruan resolusi Hari Keadilan Sosial Se-dunia tersebut?’. Sulit memang seruan resolusi itu, apa lagi melihat sistem perekonomian dunia yang saat ini, sepertinya jauh dari harapan, dan sangat mustahil, kecuali memang ada keinginan serius untuk menghancurkan sistem yang saat ini berlaku.

Tag : ,
By : Unknown

Mengenang 40 Hari Wafatnya Mbah, Bapak, kyai, Ulama, Wali, Guru, Tokoh, dan Segenap Pahlawan Bagi Bangsa Indonesia;

KH. ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR)


Gus Dur dilahirkan di Jombang, 4 Agustus 1940, meski ada versi lain yang menyebutnya lahir 7 September 1940. Ayahnya, KH Wahid Hasyim adalah anak pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Hasyim Asy'ari. Ibunya, Hj Sholehah juga merupakan keturunan tokoh besar NU, KH Bisri Sansuri.


PENINDASAN SISTEM KAPITALISME *)

By : Unknown
Oleh : Aris Ali Ridho
Ketua I Bidang Internal PMII Komisariat Brojonegoro Unila dan
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Unila.


Mugkin kita sering mendengar kata kapitalisme, atau isme-isme yag lain. Tapi walaupun mungkin kita sering mendegar kata-kata itu, sudahkah kita mengetahui atau mengerti tentang kapitalisme itu sediri???. Sudah saatya masyarakat harus tau tentang kejamnya kapitalisme yang mugkin selama ini tanpa kita sadari kita adalah bagian korban dari sistem kapitalisme. Kapitalisme berasal dari kata ”Capital” yang artinya adalah modal, kemudian “isme” yang artinya adalah paham. Jadi dari kata tersebut, kapitalisme dapat diartikan paham tentang modal. Namun disini kita tidak dapat megartikan kapitalisme sesimple begitu saja, karena itu disini kita harus memahami tentang teori-teori dan sejarah dari kapitalisme.


Tag : ,

- Copyright © arisaliridho.com - Edited - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -